BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Istilah persediaan sudah tentu tidak
asing lagi bagi kita, persediaan meliputi persediaan barang dagangan,
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang
setengah jadi maupun persediaan barang jadi. Untuk perusahaan dagang persediaan
barang dagangan dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pembeli. Untuk perusahaan
industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
memperlancarkan
kegiatan produksi. Sementara itu persediaan barang jadi dimaksudkan untuk
memenuhi permintaan pasar.
Persoalan persediaan yang perlu
dipecahkan adalah bagaimana perusahaan mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan
akan bahan baku dan juga barang jadi, bagaimana perusahaan dapat menyediakan
persediaan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Masalah
penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam persediaan mempunyai dampak
langsung terhadap keuntungan perusahaan. Investasi dalam persediaan yang
terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang, memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan dll. Yang
kesemuanya dapat memperkecil keuntungan perusahaan. Investasi dalam persediaan
yang terlalu kecil akan mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena
kekurangan bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja dengan
kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan tidak dapat
didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga akan mempertinggi biaya produksi
rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
2.1
Apa Pengertian Manajemen
Persediaan ?
2.2
Apa saja Jenis-jenis Manajemen Persediaan ?
2.3
Apa Manfaat Manajemen Persediaan
?
2.4 Bagaimana Pengendalian Persediaan ?
2.5 Apa Fungsi-
Fungsi Persediaan ?
2.6 Apa Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya
Persediaan ?
1.3
Tujuan Penulisan
2.1 Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Persediaan
2.2 Untuk Mengetahui
Jenis-jenis Manajemen Persediaan
2.3 Untuk Mengetahui Manfaat Manajemen Persediaan
2.4 Untuk Mengetahui Pengendalian Persediaan
2.5 Untuk Mengetahui Fungsi- Fungsi Persediaan
2.6 Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi
Besarnya Persediaan.
1.4 Metode Penulisan
Pada penulisan makalah ini
menggunakan metode penulisan deskriftif yaitu mengumpul data-data yang ada baik
yang diperoleh melalui internet maupun data yang berasal dari buku yang
berkaitan dengan isi makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen Persediaan.
Istilah persediaan (Inventory) adalah suatu
istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya
internal ataupun eksternal ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam
proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan
komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Berikut merupakan beberapa pendapat mengenai pengertian
persediaan.
a. Menurut Prawirosentono ( 2001),
Persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk
persediaarr bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah jadi dan
barang dalam proses.
b. Persediaan adalah bagian utama
dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan (
Gitosudarmo, 2002)
c. Soemarso
(1999), Mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan operasional
perusahaan.
d. Persediaan dapat diartikan
sebagai sumber daya yang belum digunakan, persediaan mempunyai nilai ekonomis
di masa yang akan datang pada saat aktif. (Yuliana, 2001).
Dari beberapa pendapat dari para ahli mengenai
persediaan. Jadi persediaan adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang
digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah
jadi maupun barang jadi, yang dalam hal ini dapat berupa barang maupun jasa.
Sehingga Manajemen Persediaan adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dari
kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses
produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.
2.2
Jenis-jenis Manajemen Persediaan
Freddy
Rangkuti dalam bukunya “Manajemen
Persediaan Aplikasi
di Bidang Bisnis” (2002;8&15) menjelaskan jenis-jenis Persediaan terdiri dari 2 karakteristik :
A. Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain
:
1. Batch Stock,
2. Fluctuation Stock,
3. Anticipation Stock,
B. Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi
Barang antara lain :
1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material),
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased
Parts/Components)
3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies),
4. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process),
5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Untuk memperjelas keterangan diatas,
berikut pengertian beberapa jenis-jenis persediaan menurut fungsinya dan
Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain sebagai berikut :
•
Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain
:
1.
Batch
Stock,
persediaan yang didakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau
barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat
itu.
2.
Fluctuation
Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.
Anticipation
Stock, persediaan yang
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,
berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.
Jenis-jenis
Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain :
1.
Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu
persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen
lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Handoko (2002) Persediaan
bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud
mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari
para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam
proses produksi selanjutnya
2.
Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung
dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.
Persediaan Bahan Pembantu Atau Penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan
dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4.
Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan
keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi.
5.
Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu
persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui
bahwa setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara
pengelolaan yang berbeda. Persediaan ditujukan untuk mengantisipasi kebutuhan
permintaan. Permintaan ini meliputi: persediaan bahan baku, barang dalam proses,
barang jadi atau produk akhir bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan
komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
2.3
Manfaat Manajemen Persediaan.
Dalam menejemen persediaan sudah tentu ada manfaatnya,
berikut merupakan manfaat dari manajemen persediaan.
A.
Memanfaatkan Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas diperoleh jika
perusahaan membeli dalam kuantitas yang besar. Perusahaan membeli melebihi
kebutuhan sehingga ada yang disimpan sebagai persediaan.
B.
Menghindari Kekurangan Bahan (Out
Of Stock).
Jika pelanggan datang untuk membeli
barang dagangan, kemudian perusahaan tidak mempunyai barang tersebut, maka
perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Untuk menghindari
situasi tersebut, perusahaan harus mempunyai persediaan barang jadi.
C.
Manfaat Pemasaran.
Jika perusahaan mempunyai persediaan barang dagangan yang lengkap, maka
pelanggan/calon pelanggan akan terkesan dengan kelengkapan barang dagangan yang
kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat. Di samping itu jika
perusahaan selalu mampu memenuhi keinginan pelanggan pada saat dibutuhkan maka
kepuasan pelanggan semakin baik, dan perusahaan semakin untung.
D. Peningkatan Tingkat
Pelayanan
Pelanggan tidak
hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan, kepercayaan, dan
macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan penjualan meningkatkan
pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan dan pengiriman, dan memungkinkan
otomatisasi untuk memenuhi instruksi; indetifikasi dari daerah distribusi untuk
dibagi antara beberapa pelanggan atau grup dan mudah untuk menyortir dari
staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar berada
ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat
menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan
atau perubahan persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
E. Pengontrolan Persediaan
yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan
barang-barang secara menyeluruh memungkinkan perusahaan untuk memantau dan
mengontrol persediaan sesuai dengan bisnis mereka. Akses yang instan terhadap
data-data yang kritis meliputi ketersediaan peresediaan, jumlah yang ada,
jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat diketahui pada saat itu
juga terhadap persediaan untuk direspons secara cepat dalam rangka pengambilan
keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa lokasi yang berbeda-beda
memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang berbeda-beda dan penelusuran persediaan
melalui lot, secara seri atau menggunakan level.
2.4
Pengendalian Persediaan.
Pengertian pengendalian
persediaan menurut Assauri adalah “Pengawasan persediaan merupakan salah satu
kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam
seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah
direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas maupun biayanya.”
Menurut Rangkuti pengertian pengendalian
persediaan adalah “Pengawasan persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen
yang dapat dipecahkan dengan menerapakan metode kuantitatif.”
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu aktivitas untuk
menetapkan besarnya persediaan dengan memperhatikan keseimbangan antara
besarnya persediaan yang disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan.
2.4.1
Prinsip-Prinsip
Pengendalian Persediaan
Menurut Hammer, (dikutip oleh
Hardianto, 2003), sistem dan teknik pengendalian persediaan harus didasarkan
pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan sebagai berikut :
a.
Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan tambahan biaya
pekerja serta overhead untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
b.
Persediaan berkurang
melalui penjualan dan kerusakan.
c.
Perkiraan yang tepat atas skedul penjualan dan produksi
merupakan hal esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan baku
yang efisien.
d.
Kebijakan manajemen yang berupaya menciptakan keseimbangan
antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan
biaya pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan.
e.
Pemesanan bahan baku merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan
penyusunan rencana pengendalian produksi.
f.
Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas
persediaan.
g.
Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak. Hal
ini dilakukan manusia dengan berbagai pengalaman dan pertimbangan. Aturan-aturan
dan prosedur memberi jalan pada para personel dalam membuat evaluasi dan
mengambil keputusan.
2.4.2
Model Pengendalian Persediaan
Secara umum model-model
pemgendalian yaitu Model Pengendalian Deterministik dan Model Pengendalian
Probabilistik. Berikut Penjelasannya yang lebih terperinci.
A.
Model Pengendalian Deterministik.
Model pengendalian deterministik adalah
model yang menganggap semua parameter telah diketahui dengan pasti. Untuk
menghitung pengendalian persediaan digunakan metode EOQ (Economic Order Quantity),
yang merupakan model persediaan yang sederhana. Model ini bertujuan untuk
menentukan ukuran pemesanan yang paling ekonomis yang dapat meminimasi
biaya-biaya dalam persediaan. Model-model lain yang dapat digunakan untuk
pengendalian persediaan deterministik antara lain: Production Order Quantity
(POQ), Quantity Discount, Economic Lot Size (ELS), dan Back
Order Inventory.
Penjelasan dari model-model yang digunakan
dalam pengendalian persediaan deterministik yaitu sebagai berikut :
I.
Model Kuantitas Pesanan
Produksi (Production Order Quantity)
Model kuantitas pesanan produksi merupakan sebuah teknik
kuantitas pesanan ekonomis yang diterapkan pada pesanan produksi. Model ini
berguna ketika persediaan terus menerus menumpuk dari waktu ke waktu dan pada
saat asumsi kuantitas pesanan ekonomis tradisional berlaku. Model ini diperoleh
dengan menetapkan bahwa biaya setup atau biaya pemesanan sama dengan biaya
penyimpanan, dan ukuran pesanan yang optimum.
II.
Model Diskon Kuantitas (Quantity Discount)
Diskon kuantitas, merupakan sebuah harga yang dikurangi
untuk barang yang dibeli dalam jumlah yang besar. Sudah sangat biasa jika
pelanggan membeli dalam jumlah besar akan diberikan diskon. Dalam hal ini,
manajemen harus memutuskan kapan dan berapa banyak jumlah pesanan ketika akan
diberikan diskon.
B. Model Pengendalian
Probabilistik.
Model pengendalian probabilistik digunakan apabila salah
satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat diketahui
dengan pasti. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam model ini adalah adanya
kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian persediaan bahan baku
yang tidak diharapkan atau karena waktu penerimaan yang lebih lama dari lead
time yang diharapkan. Untuk menghindari stock out perlu diadakan
suatu fungsi persediaan pengaman yaitu suatu persediaan tambahan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya stock out. Dalam model
probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis perilaku persediaan selama
lead time. Karena pada kondisi ini, lead time dan demand
bersifat probabilistik, maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:
a) Tingkat demand konstan, namun periode waktu datangnya
pesananan (lead time) berubah
b) Lead time tetap sementara demand berubah
c) Demand dan lead time berubah
2.4.3
Metode Pengendalian
Persediaan.
Metode yang digunakan dalam model
pengendalian probabilistik yaitu sebagai berikut :
A. Sistem Q (Continuous
Review Method)
Sistem Q memecahkan persoalan persediaan probabilistik
dengan memandang bahwa posisi barang yang tersedia di gudang sama dengan posisi
persediaan barang pada sistem deterministik dengan menambahkan cadangan
pengaman (Safety Stock). Pada prinsipnya sistem ini adalah hampir sama
dengan model inventory probabilistik sederhana kecuali pada tingkat
pelayanannya. Kalau pada model Inventory probabilistik sederhana tingkat
pelayanan ditetapkan sedangkan dalam Sistem Q tingkat pelayanan akan dicari
optimalisasinya.
Pada sistem Q ini setiap kali pemesanan dilakukan dalam
jumlah lot pesanan yang sama (karena itu disebut metode Q). Untuk memudahkan
implementasinya, sering digunakan Visual Review System dengan metode
yang disebut Two Bin System:
Dibuat dua bin (tempat) penyimpanan; Bin I berisi
persediaan sebesar tingkat reorder point; Bin II berisi sisanya.
Penggunaan stock dilakukan dengan mengambil isi Bin II; jika
sudah habis artinya pemesanan harus dilakukan kembali; sementara menunggu
pesanan datang, stock pada Bin I digunakan
Asumsi yang perlu dperhatikan pada saat
menggunakan metode pengendalian Sistem Q ini adalah:
•
Biaya simpan per unit tetap
•
Biaya setiap kali dilakukan
pemesanan ulang adalah tetap
•
Waktu tunggu tetap (dalam
keadaan normal), sehingga keterlambatan bahan baku tidak ada
•
Permintaan bahan baku
bervariasi
•
Setiap jenis item diperoleh
dari penjualan yang berlainan
•
Pembelian tidak mendapat
potongan harga
•
Kedatangan bahan yang tidak
sekaligus akan menimbulkan biaya tambahan
B. Sistem P (Periodic
Review Method)
Sistem pengendalian dengan sistem P adalah suatu sistem pengendalian
persediaan yang jarak waktu antar dua pesanan adalah tetap. Persediaan pengaman
dalam sistem ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan
selama Lead Time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan.
Pada sistem P ini setiap kali pesan jumlah yang dipesan sangat
bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai; sehingga
setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot pesanan tidak sama. Permasalahan
pada sistem P ini adalah terdapat kemungkinan persediaan sudah habis sebelum
periode pemesanan kembali belum tercapai. Akibatnya, Safety Stock yang
diperlukan relatif lebih besar.
Metode P relatif tidak memerlukan proses administrasi
yang banyak, karena periode pemesanan sudah dilakukan secara periodik. Untuk
memudahkan implementasinya, digunakan Visual Review System dengan metode
yang disebut One Bin System:
•
Dibuat Bin yang berisikan
jumlah Inventory maksimum.
•
Setiap kali periode pemesanan
sampai tinggal dilihat berapa stock tersisa dan pemesanan dilakukan
untuk mengisi Bin penuh.
Menurut Riyanti Wiranata (2002), metode pengendalian persediaan terdiri
dari :
A.
Metode Pengendalian
Persediaan Tradisional
Metode
ini secara formal diperkenalkan oleh Wilson pada tahun 1929 dengan mencoba
mencari jawaban atas 3 pertanyaan dasar :
a. Berapa jumlah
barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan (Economic Order Quantity -
EOQ).
b.
Kapan saat pemesanan harus dilakukan (Reorder Point).
c.
Berapa jumlah cadangan pengaman yang diperlukan (Safety Stock).
Metode ini menggunakan matematika
dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif
dalam system persediaan.
a)
EOQ (Economical Order
Quantity) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat di peroleh dengan biaya
minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dalam
menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan
besarnya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik yang dibeli atau
disimpan maupun biaya variabel yang sifat perubahanya berlawanan dengan
perubahan jumlah Inventory tersebut.
Biaya variabel dari Inventory pada
prinsipnya dapat di golongkan dalam :
i.
Biaya-biaya yang berubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan yang kini sering dinamakan Procurement atau Set-Up Cost.
Procurement Cost adalah biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan yang terderi dari :
•
Biaya selama proses persiapan
•
Biaya pengiriman pesanan
•
Biaya penerimaan barang yang di
pesan
•
Biaya-biaya proses pembayaran
ii.
Biaya-biaya yang berubah-ubah
sesuai dengan besarnya Average Inventory
yang sering disebut Storage atau Carrying Cost adalah biaya yang berubah-
ubah sesuai dengan besarnya inventory.
Penentuan besarnya carrying cost di
dasarkan pada average inventory dan
biaya ini dinyatakan dalam persentase rupiah dari average inventory. Carryying
cost akan makin kecil apabila jumlah material biaya-biaya yang termasuk
dalam carrying cost adalah :
•
Biaya penggunaan atau sewa
ruangan gedung
•
Biaya pemeliharaan material
dari allowance untuk kemungkinan
rusak
•
Biaya untuk menghitung atau
menimbang barang yang dibeli
•
Biaya asuransi
•
Biaya absolescence
•
Biaya modal
•
Biaya pajak dari persediaan
yang ada dalam gudang
Dalam melakukan pembelian berdasarkan EOQ maka ada
syarat yang harus dipenuhi antara lain :
1.
Harga pembelian per unitnya
konstant
2.
Setiap saat perusahaan
membutuhkan bahan mentah ada di pasar
3.
Jumlah produksi yang
menggunakan bahan mentah tersebut stabil yang berarti bahan mentah relatif
stabil sepanjang tahun.
Besarnya EOQ ditentukan dengan cara :
Keterangan :
R = Jumlah bahan mentah yang akan
dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu
S = Biaya Pemesanan
P = Biaya per unit Bahan Mentah
I = Biaya Penyimpanan yang
dinyatakan dalam persentase dari persediaan
Asumsi yang
digunakan dalam analisis EOQ ini adalah:
a.
Jumlah kebutuhan bahan baku sudah dapat ditentukan
lebih dahulu secara pasti untuk penggunaan selama 1 tahun/ 1 periode tertentu.
b.
Penggunaan bahan baku selalu pada tingkat yang konstan
secara kontinyu
c.
Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan
sama dengan nol (0) atau di atas Safety Stock (persediaan
minimal/besi)
d.
Harga konstan selama periode tertentu
b) Safety Stock adalah total quantity yang harus dimiliki oleh perusahaan agar proses produksi
tidak terhenti.
c)
Reorder Point adalah suatu titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian
rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu akan tepat
waktu dimana persediaan safety stock
sama dengan nol.
B.
Metode Perencanaan
Kebutuhan Material (Material Requirements Planning- MRP)
Menurut Mcleod (dikutip oleh
Wiranata, 2002) MRP diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh Joseph
Orlicky dari J.I Case Company dan kemudian dikembangkan menjadi MRP II pada
tahun 1983 oleh Oliver Wight dan George Plossl, yang semula Material
Requirements Planning diubah menjadi Manufacturing Resource Planning. MRP
merupakan strategi proaktif, orientasi ke depan dan mengidentifikasikan materi
yang diperlukan dan jumlah serta tanggal diperlukannya. Menurut Rangkuti
(dikutip oleh Wiranata, 2002) dalam beberapa tahun ini, MRP telah menggantikan
sistem persediaan tradisional karena walaupun sistem persediaan tradisional
lebih sederhana, namun menimbulkan hal yang tidak menguntungkan, seperti biaya
persediaan yang tinggi dan pengiriman barang yang tidak tepat waktu. MRP
bersifat computer oriented yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-aturan
keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan
jadwal induk produksi. Selanjutnya, MRP II (Manufacturing Resource Planning)
berupaya untuk mengintegrasikan semua proses dalam sistem manufaktur yang
berhubungan dengan manajemen material.
C.
Metode ABC
Seringkali
suatu organisasi/perusahaan dihadapkan kepada masalah penyimpanan dan
pemeliharaan persediaan yang berbeda-beda, baik itu bahan baku, komponen,
maupun barang jadi. Dalam kondisi seperti ini manajemen harus memberikan
prioritas pengendalian yang ketat kepada jenis persediaan yang nilainya tinggi,
sedangkan terhadap persediaan yang nilainya rendah pengendalian dapat dilakukan
dengan agak longgar, sebab terlalu ketat pengendalian terhadap jenis ini bisa
jadi biaya pengendalian menjadi lebih tinggi dari nilai persediaannya. Agar
pengendalian efisien, maka persediaan tersebut harus diklasifikasikan terlebih
dahulu. Klasifikasi biasanya dibagi menjadi tiga, yang biasa disebut klasifikasi
ABC. Konsep ini diperkenalkan HF. Dickie
pada tahun 1950 an. Klasifikasi didasarkan kepada nilai persediaan. Dengan
diketahuinya klasifikasi ini, maka pengendalian akan lebih intensif kepada item
tertentu yang merupakan item yang terpenting dari seluruh item yang ada
dibandingkan dengan item laiinya.
Nilai
dalam klasifikasi ABC adalah volume bahan yang dibutuhkan selama suatu periode
dikalikan dengan harganya, dengan perkataan lain nilai di sini adalah nilai
investasi (volume rupiah tahunan). Item yang memiliki nilai investasi yang
lebih tinggi dari item lain dianggap item yang lebih penting, sehingga akan
mendapat perhatian yang lebih serius dalam pengendaliannya.
Item
persediaan yang termasuk klasifikasi A adalah item yang memiliki jumlah fisik yang
relatif sedikit (sekitar 20 persen) akan tetapi memiliki nilai rupiah tahunan
yang tinggi (mencapai sekitar 70 persen) dari seluruh investasi persediaan.
Kelompok ini harus mendapat perhatian yang serius karena berdampak biaya tinggi
dalam persediaan.
Klasifikasi
B, adalah kelompok persediaan yang memiliki volume fisik sekitar 30 persen item
dan sekitar 20 persen dari nilai investai tahunan. Terhadap kelompok persediaan
ini pengendalian dilakukan secara moderat.
Klasifikasi
C, adalah barang-barang yang secara fisik mencapai sekitar 50 persen item dan
sekitar 10 persen nilai investasi tahunan. Terhadap kelompok persediaan ini
hanya diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, dan pemeriksaan hanya
perlu dilakukan sekali-kali. Nilai-nilai persentasi di atas bukan merupakan
nilai yang mutlak, akan tetapi sangat tergantung kepada kebijakan perusahaan,
dan begitu juga klasifikasinya tidak mutlak harus tiga klasifikasi
2.5
Fungsi- Fungsi Persediaan
Fungsi persediaan
yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan dengan
adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga
pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap
konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang
Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu :
1.
Fungsi Decoupling.
2.
Fungsi Economic Lot Sizing.
3.
Fungsi Antisipasi.
Dari istilah diatas dapat di uraikan sebagai berikut :
1.
Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.
Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan
proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang
jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para
langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2.
Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size ini
perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya
pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan
karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3.
Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu,
yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman (Seasional Inventories).
Selain fungsi-fungsi
diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang dikandung
oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
- Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan
- Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan
- Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
- Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
- Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
- Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan
2.6
Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan.
Dalam
penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanan proses produksi dari
suatu perusahan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi persediaan
bahan baku, dimana faktor faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lain. Adapun berbagai faktor tersebut menurut Ahyari ( 2003), antara lain :
a. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum
perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya manajemen
perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan
proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasark:an pada perencanaan
produksi dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku
yang akan dibeli perusahaan tersebut dapat diperhitungkan, dengan cara jumlah
kebutuhan baku untuk proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir
dari bahan baku tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam
perusahaan yang bersangkutan.
b. Harga Bahan Baku
Harga
bahan baku yang akan digunakan dalam preses produksi merupakan salah satu
faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang
bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan
bakau dalam jumlah unit tertentu. Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan
perusahaan tersebut, maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan
memerlukan dana yang semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari
modal yang tertanam dalam bahan baku akan semakin besar pula.
c. Biaya Biaya Persediaan
Dalam
hubungannya dengan biaya biaya persediaan ini, dikenal tiga macam biaya
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya. pemesanan, dan biaya tetap
persediaan. Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin
besar apabila jumlah unit bahan yang disimpan di dalam perusahaan tersebut
semakin tinggi. Biaya pemesanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya
semakin besar apabila frekuensi pemesanan bahan baku yang digunakan dalam
perusahaan semakin besar. Biaya tetap persediaan merupakan biaya persediaan yang
jumlahnya tidak terpengaruh baik oleh jumlah unit yang disimpan dalam
perusahaan ataupun frekuensi pemesanan bahan baku yang dilaksanakan oleh
perusahaan tersebut.
d. Kebijaksanaan pembelanjaan
Kebijaksanaan
pembelanjaan yang dilaksanakan di dalam perusahaan akan berpengaruh terhadap
penyelenggaraan persediaaan bahan baku dalam perusahaan tersebut. Seberapa
besar dana yang dapat digunakan untuk investasi di dalam persediaan bahan baku
tentunya juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan apakah dana untuk
persediaan bahan baku ini dapat memperoleh prioritas pertama, kedua atau justru
yang terakhir dalam perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu tentunya
financial perusahaan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan
perusahan untuk membiayai seluruh kebutuhan persediaan bahan bakunya.
e. Pemakaian Bahan
Hubungan
antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian senyatanya di dalam
perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan proses produksi akan
lebih baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat
diketahui pola penyerapan bahan baku tersebut. Dengan analisis ini maka dapat
diketahui apakah model peramalan yang digunakan sebagai dasar perkiraan
pemakaian bahan ini sesuai dengan pemakaian senyatanya atau tidak. Revisi dari
model yang digunakan tentunya akan lebih baik dilaksanakan apabila ternyata
model peramalan penyerapan bahan baku yang digunakan tersebut tidak sesuai
dengan kenyataan yang yang ada.
f. Waktu Tunggu
Waktu
tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan
baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut.
Apabila pemesanan bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut tidak
memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan baku (
walaupun sudah dipesan ) karena bahan baku tersebut belum datang ke perusahaan.
Namun demikian, apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu tunggu ini
lebih dari yang semestinya diperlukan, maka perusahaan yang bersangkutan tersebut
akan mengalami penumpukan bahan baku, dan keadaan ini akan merugikan perusahaan
yang bersangkutan.
g. Model Pembelian Bahan Baku
Model
pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh terhadap
persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan. Model pembelian yang berbeda
akan menghasilkan jumlah pembelian optimal yang beubeda pula. Pemilihan model
pembelian yang akan digunakati oleh suatu perusahan akan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dari persediaan bahan buku untuk masing masing perusahaan
yang bersangkutan. Karakteristik masing masing bahan baku yang digunakan dalam
perusahaan dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan model pembelian
yang sesuai dengan masing-masing bahasa baku dalam perusahaan tersebut. Sampai
saat ini, model pembelian yang sering digunakan dalam perusahaan adalah model
pembalian dengan kuantitas pembelian yang optimal ( EOQ ).
h. Persediaan Pengaman
Persediaan
pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan, maka
diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman digunakan
perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya
bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka
proses produksi dalam perusahaan akan dapat betjalan tanpa adanya gangguan
kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut
terlambat dari waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan
diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah
tetap di dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
i. Pembelian Kembali
Dalam
melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan akan
mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam pembelian
bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian kembali yang dilaksanakan
ini akan mendatangkan bahan baku ke dalam gudang dalam waktu yang tepat,
sehingga tidak akan terjadi kekeurangan bahan baku karena keterlambatan
kedatangan bahan baku tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku
dalam gudang karena bahan baku yang dipesan datang terlalu awal.
Pada dasarnya ada
fakfor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat persediaan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat persediaan,
antara lain :
- Biaya persediaan barang (Inventory cost). Biaya yang berkaitan dengan pemilikan barang dapat dibedakan ke dalam : a. Holding atau Carrying cost, yaitu biaya yang dikeluarkan karena memelihara atau menyimpan barang; atau opportunity cost karena melakukan investasi dalam bentuk barang dan bukan investasi lainnya, b. Ordering cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang dari supplier untuk mengganti barang yang telah dijual, c. Stock out cost, yaitu biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan.
- Sejauh mana permintaan barang oleh pembeli dapat diketahui. Jika permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan berapa kebutuhan barang dalam suatu periode.
- Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut sebagai “lead time” atau “delivery time”.
- Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menunda pemenuhan pesanan dari pembeli atau disebut sebagai “backlogging” atau “backordering”.
- Kemungkinan diperolehnya diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar. Dengan menerima diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar, total biaya persediaan barang akan berkurang. Tetapi pembelian dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya penyimpanan atau holding cost. Sedangkan pembelian kurang dari jumlah minimum tidak memperoleh diskonto, tetapi biaya pesanan akan meningkat. Dengan demikian terdapat pertimbangan untung rugi dalam keputusan untuk mengambil diskonto atau tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Dari pemaparan
diatas maka dapat disimpilkan bahwa Persediaan adalah
suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses
produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, yang
dalam hal ini dapat berupa barang maupun jasa.
Jenis-jenis persediaan terbagi menjadi 2 karakteristik yaitu 1). persediaan
sesuai fungsinya terbagi atas Batch
Stock, Fluctuation Stock, dan Anticipation Stock. 2). Persediaan
menurut jenis dan posisi barangnya terdiri dari : Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), Persediaan Bahan Pembantu atau
Penolong (Supplies), Persediaan
Barang Dalam Proses (Work In Process),
Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Adapun manfaat dari memanajemeni persediaan yaitu sebagai berikut : Memanfaatkan Diskon Kuantitas, Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock), Manfaat Pemasaran, Peningkatan Tingkat Pelayanan, dan Pengontrolan
Persediaan yang Lebih Baik.
Pengendalian persediaan adalah
suatu aktivitas untuk menetapkan besarnya persediaan dengan memperhatikan keseimbangan
antara besarnya persediaan yang disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan. Ada 2 (dua)
model persediaan antara lain : Model Deterministik terdiri dari Production Order Quantity (POQ), Quantity
Discount, Economic Lot Size (ELS), dan Back Order Inventory. Sedangkan Model
Probabilitas terdiri dari Sistem Q (Continuous Review
Method) dan Sistem P (Periodic
Review Method).
Menurut Riyanti Wiranata (2002), metode
pengendalian persediaan terdiri dari : 1. Metode Pengendalian Tradisional terdiri
atas (EOQ
(Economical Order Quantity), Safety Stock, dan Reorder Point). 2.
Metode
Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirements Planning- MRP) 3. Metode ABC.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang
Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu : 1. Fungsi Decoupling. 2. Fungsi Economic Lot Sizing. dan 3. Fungsi Antisipasi.
Faktor
yang mempengaruhi pengendalian bahan baku persediaanya sebagai berikut : Perkiraan Pemakaian Bahan Baku, Harga Bahan Baku, biaya-biaya
persediaan, Kebijaksanaan pembelanjaan, Pemakaian Bahan, Waktu Tunggu, Model Pembelian Bahan Baku, Persediaan Pengaman, Pembelian Kembali.