Selasa, 11 Desember 2012

Manajemen Persediaan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar belakang
Istilah persediaan sudah tentu tidak asing lagi bagi kita, persediaan meliputi persediaan barang dagangan, persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang setengah jadi maupun persediaan barang jadi. Untuk perusahaan dagang persediaan barang dagangan dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pembeli. Untuk perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancarkan kegiatan produksi. Sementara itu persediaan barang jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar.
Persoalan persediaan yang perlu dipecahkan adalah bagaimana perusahaan mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku dan juga barang jadi, bagaimana perusahaan dapat menyediakan persediaan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Masalah penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam persediaan mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan dll. Yang kesemuanya dapat memperkecil keuntungan perusahaan. Investasi dalam persediaan yang terlalu kecil akan mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena kekurangan bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan tidak dapat didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga akan mempertinggi biaya produksi rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan.



1.2              Rumusan Masalah
2.1  Apa Pengertian Manajemen Persediaan ?
2.2   Apa saja Jenis-jenis Manajemen Persediaan ?
2.3  Apa Manfaat Manajemen Persediaan ?
2.4 Bagaimana Pengendalian Persediaan ?
           2.5 Apa Fungsi- Fungsi Persediaan ?
            2.6  Apa Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan ?

1.3              Tujuan Penulisan
2.1 Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Persediaan
            2.2 Untuk Mengetahui Jenis-jenis Manajemen Persediaan
2.3 Untuk Mengetahui Manfaat Manajemen Persediaan
2.4 Untuk Mengetahui Pengendalian Persediaan
            2.5 Untuk Mengetahui Fungsi- Fungsi Persediaan
            2.6 Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya   Persediaan.


1.4       Metode Penulisan
            Pada penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan deskriftif yaitu mengumpul data-data yang ada baik yang diperoleh melalui internet maupun data yang berasal dari buku yang berkaitan dengan isi makalah ini.



 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian Manajemen Persediaan.
Istilah persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya internal ataupun eksternal ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Berikut merupakan  beberapa pendapat mengenai pengertian persediaan.
a. Menurut Prawirosentono ( 2001), Persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaarr bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.
b. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan ( Gitosudarmo, 2002)
c. Soemarso (1999), Mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
d. Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum digunakan, persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa yang akan datang pada saat aktif. (Yuliana, 2001).
Dari beberapa pendapat dari para ahli mengenai persediaan. Jadi persediaan adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, yang dalam hal ini dapat berupa barang maupun jasa.
Sehingga Manajemen Persediaan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dari kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.

2.2              Jenis-jenis Manajemen Persediaan
Freddy  Rangkuti dalam bukunya “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis  (2002;8&15) menjelaskan jenis-jenis Persediaan terdiri dari 2 karakteristik :
A.    Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain :
1.   Batch Stock,
2.   Fluctuation Stock,
3.   Anticipation Stock,
B.     Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain :
1.   Persediaan Bahan Mentah (Raw Material),
2.   Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components)
3.   Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies),
4.   Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process),
5.   Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Untuk memperjelas keterangan diatas, berikut pengertian beberapa jenis-jenis persediaan menurut fungsinya dan Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain sebagai berikut :
         Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain :
1.      Batch Stock, persediaan yang didakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.
2.      Fluctuation Stock, persediaan  yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.      Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.

Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain :
1.      Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Handoko (2002) Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya
2.      Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.      Persediaan Bahan Pembantu Atau Penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4.      Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi.
5.      Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan ditujukan untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi: persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.

2.3              Manfaat Manajemen Persediaan.
Dalam menejemen persediaan sudah tentu ada manfaatnya, berikut merupakan manfaat dari manajemen persediaan.

A.     Memanfaatkan Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas diperoleh jika perusahaan membeli dalam kuantitas yang besar. Perusahaan membeli melebihi kebutuhan sehingga ada yang disimpan sebagai persediaan.

B.     Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock).
Jika pelanggan datang untuk membeli barang dagangan, kemudian perusahaan tidak mempunyai barang tersebut, maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Untuk menghindari situasi tersebut, perusahaan harus mempunyai persediaan barang jadi.

C.     Manfaat Pemasaran.
Jika perusahaan mempunyai persediaan  barang dagangan yang lengkap, maka pelanggan/calon pelanggan akan terkesan dengan kelengkapan barang dagangan yang kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat. Di samping itu jika perusahaan selalu mampu memenuhi keinginan pelanggan pada saat dibutuhkan maka kepuasan pelanggan semakin baik, dan perusahaan semakin untung.

D.    Peningkatan Tingkat Pelayanan
Pelanggan tidak hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan, kepercayaan, dan macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan penjualan meningkatkan pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan dan pengiriman, dan memungkinkan otomatisasi untuk memenuhi instruksi; indetifikasi dari daerah distribusi untuk dibagi antara beberapa pelanggan atau grup dan mudah untuk menyortir dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar berada ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan atau perubahan persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

E.     Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara menyeluruh memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol persediaan sesuai dengan bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data yang kritis meliputi ketersediaan peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat diketahui pada saat itu juga terhadap persediaan untuk direspons secara cepat dalam rangka pengambilan keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa lokasi yang berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang berbeda-beda dan penelusuran persediaan melalui lot, secara seri atau menggunakan level.

2.4              Pengendalian Persediaan.
Pengertian pengendalian persediaan menurut Assauri adalah “Pengawasan persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas maupun biayanya.”
Menurut Rangkuti pengertian pengendalian persediaan adalah “Pengawasan persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapakan metode kuantitatif.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu aktivitas untuk menetapkan besarnya persediaan dengan memperhatikan keseimbangan antara besarnya persediaan yang disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan.

 2.4.1        Prinsip-Prinsip Pengendalian Persediaan
Menurut Hammer, (dikutip oleh Hardianto, 2003), sistem dan teknik pengendalian persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan sebagai berikut :
a.       Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan tambahan biaya pekerja serta overhead untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
b.       Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan.
c.       Perkiraan yang tepat atas skedul penjualan dan produksi merupakan hal esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan baku yang efisien.
d.      Kebijakan manajemen yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan.
e.       Pemesanan bahan baku merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi.
f.       Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.
g.      Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak. Hal ini dilakukan manusia dengan berbagai pengalaman dan pertimbangan. Aturan-aturan dan prosedur memberi jalan pada para personel dalam membuat evaluasi dan mengambil keputusan.

2.4.2        Model Pengendalian Persediaan
Secara umum model-model pemgendalian yaitu Model Pengendalian Deterministik dan Model Pengendalian Probabilistik. Berikut Penjelasannya yang lebih terperinci.
A.    Model Pengendalian Deterministik.
Model pengendalian deterministik adalah model yang menganggap semua parameter telah diketahui dengan pasti. Untuk menghitung pengendalian persediaan digunakan metode EOQ (Economic Order Quantity), yang merupakan model persediaan yang sederhana. Model ini bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan yang paling ekonomis yang dapat meminimasi biaya-biaya dalam persediaan. Model-model lain yang dapat digunakan untuk pengendalian persediaan deterministik antara lain: Production Order Quantity (POQ), Quantity Discount, Economic Lot Size (ELS), dan Back Order Inventory.
Penjelasan dari model-model yang digunakan dalam pengendalian persediaan deterministik yaitu sebagai berikut  :
                         I.            Model Kuantitas Pesanan Produksi (Production Order Quantity)
Model kuantitas pesanan produksi merupakan sebuah teknik kuantitas pesanan ekonomis yang diterapkan pada pesanan produksi. Model ini berguna ketika persediaan terus menerus menumpuk dari waktu ke waktu dan pada saat asumsi kuantitas pesanan ekonomis tradisional berlaku. Model ini diperoleh dengan menetapkan bahwa biaya setup atau biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan, dan ukuran pesanan yang optimum.
                      II.            Model Diskon Kuantitas (Quantity Discount)
Diskon kuantitas, merupakan sebuah harga yang dikurangi untuk barang yang dibeli dalam jumlah yang besar. Sudah sangat biasa jika pelanggan membeli dalam jumlah besar akan diberikan diskon. Dalam hal ini, manajemen harus memutuskan kapan dan berapa banyak jumlah pesanan ketika akan diberikan diskon.

B.     Model Pengendalian Probabilistik.
Model pengendalian probabilistik digunakan apabila salah satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam model ini adalah adanya kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian persediaan bahan baku yang tidak diharapkan atau karena waktu penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan. Untuk menghindari stock out perlu diadakan suatu fungsi persediaan pengaman yaitu suatu persediaan tambahan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya stock out. Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis perilaku persediaan selama lead time. Karena pada kondisi ini, lead time dan demand bersifat probabilistik, maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:
a) Tingkat demand konstan, namun periode waktu datangnya pesananan (lead time) berubah
b) Lead time tetap sementara demand berubah
c) Demand dan lead time berubah

2.4.3        Metode Pengendalian Persediaan.
Metode yang digunakan dalam model pengendalian probabilistik yaitu sebagai berikut :
A.    Sistem Q (Continuous Review Method)
Sistem Q memecahkan persoalan persediaan probabilistik dengan memandang bahwa posisi barang yang tersedia di gudang sama dengan posisi persediaan barang pada sistem deterministik dengan menambahkan cadangan pengaman (Safety Stock). Pada prinsipnya sistem ini adalah hampir sama dengan model inventory probabilistik sederhana kecuali pada tingkat pelayanannya. Kalau pada model Inventory probabilistik sederhana tingkat pelayanan ditetapkan sedangkan dalam Sistem Q tingkat pelayanan akan dicari optimalisasinya.
Pada sistem Q ini setiap kali pemesanan dilakukan dalam jumlah lot pesanan yang sama (karena itu disebut metode Q). Untuk memudahkan implementasinya, sering digunakan Visual Review System dengan metode yang disebut Two Bin System:
Dibuat dua bin (tempat) penyimpanan; Bin I berisi persediaan sebesar tingkat reorder point; Bin II berisi sisanya.
Penggunaan stock dilakukan dengan mengambil isi Bin II; jika sudah habis artinya pemesanan harus dilakukan kembali; sementara menunggu pesanan datang, stock pada Bin I digunakan
Asumsi yang perlu dperhatikan pada saat menggunakan metode pengendalian Sistem Q ini adalah:
         Biaya simpan per unit tetap
         Biaya setiap kali dilakukan pemesanan ulang adalah tetap
         Waktu tunggu tetap (dalam keadaan normal), sehingga keterlambatan bahan baku tidak ada
         Permintaan bahan baku bervariasi
         Setiap jenis item diperoleh dari penjualan yang berlainan
         Pembelian tidak mendapat potongan harga
         Kedatangan bahan yang tidak sekaligus akan menimbulkan biaya tambahan
B.     Sistem P (Periodic Review Method)
Sistem pengendalian dengan sistem P adalah suatu sistem pengendalian persediaan yang jarak waktu antar dua pesanan adalah tetap. Persediaan pengaman dalam sistem ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama Lead Time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan.
Pada sistem P ini setiap kali pesan jumlah yang dipesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai; sehingga setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot pesanan tidak sama. Permasalahan pada sistem P ini adalah terdapat kemungkinan persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai. Akibatnya, Safety Stock yang diperlukan relatif lebih besar.
Metode P relatif tidak memerlukan proses administrasi yang banyak, karena periode pemesanan sudah dilakukan secara periodik. Untuk memudahkan implementasinya, digunakan Visual Review System dengan metode yang disebut One Bin System:
         Dibuat Bin yang berisikan jumlah Inventory maksimum.
         Setiap kali periode pemesanan sampai tinggal dilihat berapa stock tersisa dan pemesanan dilakukan untuk mengisi Bin penuh.
Menurut Riyanti Wiranata (2002), metode pengendalian persediaan terdiri dari :
A.    Metode Pengendalian Persediaan Tradisional
Metode ini secara formal diperkenalkan oleh Wilson pada tahun 1929 dengan mencoba mencari jawaban atas 3 pertanyaan dasar :
a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan (Economic Order Quantity - EOQ).
b. Kapan saat pemesanan harus dilakukan (Reorder Point).
c. Berapa jumlah cadangan pengaman yang diperlukan (Safety Stock).
Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam system persediaan.
a)      EOQ (Economical Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat di peroleh dengan biaya minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dalam menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan besarnya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik yang dibeli atau disimpan maupun biaya variabel yang sifat perubahanya berlawanan dengan perubahan jumlah Inventory tersebut. Biaya variabel dari Inventory pada prinsipnya dapat di golongkan dalam :
        i.            Biaya-biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi pemesanan yang kini sering dinamakan Procurement atau Set-Up Cost. Procurement Cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan yang terderi dari :
         Biaya selama proses persiapan
         Biaya pengiriman pesanan
         Biaya penerimaan barang yang di pesan
         Biaya-biaya proses pembayaran
      ii.            Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya Average Inventory yang sering disebut Storage atau Carrying Cost adalah biaya yang berubah- ubah sesuai dengan besarnya inventory. Penentuan besarnya carrying cost di dasarkan pada average inventory dan biaya ini dinyatakan dalam persentase rupiah dari average inventory. Carryying cost akan makin kecil apabila jumlah material biaya-biaya yang termasuk dalam carrying cost adalah :
         Biaya penggunaan atau sewa ruangan gedung
         Biaya pemeliharaan material dari allowance untuk kemungkinan rusak
         Biaya untuk menghitung atau menimbang barang yang dibeli
         Biaya asuransi
         Biaya absolescence
         Biaya modal
         Biaya pajak dari persediaan yang ada dalam gudang
Dalam melakukan pembelian berdasarkan EOQ maka ada syarat yang harus dipenuhi antara lain :
1.      Harga pembelian per unitnya konstant
2.      Setiap saat perusahaan membutuhkan bahan mentah ada di pasar
3.      Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah tersebut stabil yang berarti bahan mentah relatif stabil sepanjang tahun.
Besarnya EOQ ditentukan dengan cara :

Keterangan :
R = Jumlah bahan mentah yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu
S = Biaya Pemesanan
P = Biaya per unit Bahan Mentah
I = Biaya Penyimpanan yang dinyatakan dalam persentase dari persediaan

Asumsi yang digunakan dalam analisis EOQ ini adalah:
a.    Jumlah kebutuhan bahan baku sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk penggunaan selama 1 tahun/ 1 periode tertentu.
b.    Penggunaan bahan baku selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
c.    Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol (0) atau di atas Safety Stock (persediaan minimal/besi)
d.    Harga konstan selama periode tertentu

b)     Safety Stock adalah total quantity yang harus dimiliki oleh perusahaan agar proses produksi tidak terhenti.

c)      Reorder Point adalah suatu titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu akan tepat waktu dimana persediaan safety stock sama dengan nol.

B.                 Metode Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirements Planning- MRP)
Menurut Mcleod (dikutip oleh Wiranata, 2002) MRP diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh Joseph Orlicky dari J.I Case Company dan kemudian dikembangkan menjadi MRP II pada tahun 1983 oleh Oliver Wight dan George Plossl, yang semula Material Requirements Planning diubah menjadi Manufacturing Resource Planning. MRP merupakan strategi proaktif, orientasi ke depan dan mengidentifikasikan materi yang diperlukan dan jumlah serta tanggal diperlukannya. Menurut Rangkuti (dikutip oleh Wiranata, 2002) dalam beberapa tahun ini, MRP telah menggantikan sistem persediaan tradisional karena walaupun sistem persediaan tradisional lebih sederhana, namun menimbulkan hal yang tidak menguntungkan, seperti biaya persediaan yang tinggi dan pengiriman barang yang tidak tepat waktu. MRP bersifat computer oriented yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan jadwal induk produksi. Selanjutnya, MRP II (Manufacturing Resource Planning) berupaya untuk mengintegrasikan semua proses dalam sistem manufaktur yang berhubungan dengan manajemen material.
 
C.    Metode ABC
Seringkali suatu organisasi/perusahaan dihadapkan kepada masalah penyimpanan dan pemeliharaan persediaan yang berbeda-beda, baik itu bahan baku, komponen, maupun barang jadi. Dalam kondisi seperti ini manajemen harus memberikan prioritas pengendalian yang ketat kepada jenis persediaan yang nilainya tinggi, sedangkan terhadap persediaan yang nilainya rendah pengendalian dapat dilakukan dengan agak longgar, sebab terlalu ketat pengendalian terhadap jenis ini bisa jadi biaya pengendalian menjadi lebih tinggi dari nilai persediaannya. Agar pengendalian efisien, maka persediaan tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Klasifikasi biasanya dibagi menjadi tiga, yang biasa disebut klasifikasi ABC. Konsep ini diperkenalkan HF. Dickie pada tahun 1950 an. Klasifikasi didasarkan kepada nilai persediaan. Dengan diketahuinya klasifikasi ini, maka pengendalian akan lebih intensif kepada item tertentu yang merupakan item yang terpenting dari seluruh item yang ada dibandingkan dengan item laiinya.
Nilai dalam klasifikasi ABC adalah volume bahan yang dibutuhkan selama suatu periode dikalikan dengan harganya, dengan perkataan lain nilai di sini adalah nilai investasi (volume rupiah tahunan). Item yang memiliki nilai investasi yang lebih tinggi dari item lain dianggap item yang lebih penting, sehingga akan mendapat perhatian yang lebih serius dalam pengendaliannya. 
Item persediaan yang termasuk klasifikasi A adalah item yang memiliki jumlah fisik yang relatif sedikit (sekitar 20 persen) akan tetapi memiliki nilai rupiah tahunan yang tinggi (mencapai sekitar 70 persen) dari seluruh investasi persediaan. Kelompok ini harus mendapat perhatian yang serius karena berdampak biaya tinggi dalam persediaan.
Klasifikasi B, adalah kelompok persediaan yang memiliki volume fisik sekitar 30 persen item dan sekitar 20 persen dari nilai investai tahunan. Terhadap kelompok persediaan ini pengendalian dilakukan secara moderat.
Klasifikasi C, adalah barang-barang yang secara fisik mencapai sekitar 50 persen item dan sekitar 10 persen nilai investasi tahunan. Terhadap kelompok persediaan ini hanya diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, dan pemeriksaan hanya perlu dilakukan sekali-kali. Nilai-nilai persentasi di atas bukan merupakan nilai yang mutlak, akan tetapi sangat tergantung kepada kebijakan perusahaan, dan begitu juga klasifikasinya tidak mutlak harus tiga klasifikasi

2.5              Fungsi- Fungsi Persediaan
            Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
            Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu :
1.      Fungsi Decoupling.
2.      Fungsi Economic Lot Sizing.
3.      Fungsi Antisipasi.
Dari istilah diatas dapat di uraikan sebagai berikut :
1.      Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2.      Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3.      Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (Seasional Inventories).
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
  1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan
  2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan
  3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
  4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
  5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
  6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan
2.6              Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan.
Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanan proses produksi dari suatu perusahan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi persediaan bahan baku, dimana faktor faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun berbagai faktor tersebut menurut Ahyari ( 2003), antara lain :
a. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasark:an pada perencanaan produksi dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku yang akan dibeli perusahaan tersebut dapat diperhitungkan, dengan cara jumlah kebutuhan baku untuk proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam perusahaan yang bersangkutan.

b. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam preses produksi merupakan salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan bakau dalam jumlah unit tertentu. Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan perusahaan tersebut, maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan memerlukan dana yang semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari modal yang tertanam dalam bahan baku akan semakin besar pula.

c. Biaya Biaya Persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya biaya persediaan ini, dikenal tiga macam biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya. pemesanan, dan biaya tetap persediaan. Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila jumlah unit bahan yang disimpan di dalam perusahaan tersebut semakin tinggi. Biaya pemesanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila frekuensi pemesanan bahan baku yang digunakan dalam perusahaan semakin besar. Biaya tetap persediaan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya tidak terpengaruh baik oleh jumlah unit yang disimpan dalam perusahaan ataupun frekuensi pemesanan bahan baku yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut.

d. Kebijaksanaan pembelanjaan
Kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan di dalam perusahaan akan berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaaan bahan baku dalam perusahaan tersebut. Seberapa besar dana yang dapat digunakan untuk investasi di dalam persediaan bahan baku tentunya juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan apakah dana untuk persediaan bahan baku ini dapat memperoleh prioritas pertama, kedua atau justru yang terakhir dalam perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu tentunya financial perusahaan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahan untuk membiayai seluruh kebutuhan persediaan bahan bakunya.

e. Pemakaian Bahan
Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian senyatanya di dalam perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan proses produksi akan lebih baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat diketahui pola penyerapan bahan baku tersebut. Dengan analisis ini maka dapat diketahui apakah model peramalan yang digunakan sebagai dasar perkiraan pemakaian bahan ini sesuai dengan pemakaian senyatanya atau tidak. Revisi dari model yang digunakan tentunya akan lebih baik dilaksanakan apabila ternyata model peramalan penyerapan bahan baku yang digunakan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang yang ada.

f. Waktu Tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Apabila pemesanan bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan baku ( walaupun sudah dipesan ) karena bahan baku tersebut belum datang ke perusahaan. Namun demikian, apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu tunggu ini lebih dari yang semestinya diperlukan, maka perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengalami penumpukan bahan baku, dan keadaan ini akan merugikan perusahaan yang bersangkutan.

g. Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan. Model pembelian yang berbeda akan menghasilkan jumlah pembelian optimal yang beubeda pula. Pemilihan model pembelian yang akan digunakati oleh suatu perusahan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan buku untuk masing masing perusahaan yang bersangkutan. Karakteristik masing masing bahan baku yang digunakan dalam perusahaan dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan model pembelian yang sesuai dengan masing-masing bahasa baku dalam perusahaan tersebut. Sampai saat ini, model pembelian yang sering digunakan dalam perusahaan adalah model pembalian dengan kuantitas pembelian yang optimal ( EOQ ).

h. Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman digunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam perusahaan akan dapat betjalan tanpa adanya gangguan kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut terlambat dari waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap di dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.

i. Pembelian Kembali
Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam pembelian bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian kembali yang dilaksanakan ini akan mendatangkan bahan baku ke dalam gudang dalam waktu yang tepat, sehingga tidak akan terjadi kekeurangan bahan baku karena keterlambatan kedatangan bahan baku tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku dalam gudang karena bahan baku yang dipesan datang terlalu awal.

Pada dasarnya ada fakfor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat persediaan. Adapun faktor-faktor   yang  mempengaruhi besarnya tingkat persediaan, antara lain :
  1. Biaya persediaan barang (Inventory cost). Biaya yang berkaitan dengan  pemilikan barang dapat dibedakan ke dalam :  a. Holding atau Carrying cost, yaitu biaya yang dikeluarkan karena  memelihara atau menyimpan barang; atau opportunity cost karena  melakukan investasi dalam bentuk barang dan bukan investasi lainnya, b. Ordering cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang dari  supplier untuk mengganti barang yang telah dijual, c. Stock out cost, yaitu biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat  diperlukan.
  2. Sejauh mana permintaan barang oleh pembeli dapat diketahui. Jika  permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan  berapa kebutuhan barang dalam suatu periode.
  3. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut  sebagai “lead time” atau “delivery time”.
  4. Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menunda pemenuhan pesanan dari  pembeli atau disebut sebagai “backlogging” atau “backordering”.
  5. Kemungkinan diperolehnya diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar. Dengan menerima diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar, total biaya  persediaan barang akan berkurang. Tetapi pembelian dalam jumlah besar  akan meningkatkan biaya penyimpanan atau holding cost. Sedangkan  pembelian kurang dari jumlah minimum tidak memperoleh diskonto, tetapi  biaya pesanan akan meningkat. Dengan demikian terdapat pertimbangan  untung rugi dalam keputusan untuk mengambil diskonto atau tidak.


BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan.
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpilkan bahwa Persediaan adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, yang dalam hal ini dapat berupa barang maupun jasa.
Jenis-jenis persediaan terbagi menjadi 2 karakteristik yaitu 1). persediaan sesuai fungsinya terbagi atas Batch Stock, Fluctuation Stock, dan Anticipation Stock.   2). Persediaan menurut jenis dan posisi barangnya terdiri dari : Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies), Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Adapun manfaat dari memanajemeni persediaan yaitu sebagai berikut : Memanfaatkan Diskon Kuantitas, Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock), Manfaat Pemasaran, Peningkatan Tingkat Pelayanan, dan Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik.
Pengendalian persediaan adalah suatu aktivitas untuk menetapkan besarnya persediaan dengan memperhatikan keseimbangan antara besarnya persediaan yang disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan. Ada 2 (dua) model persediaan antara lain : Model Deterministik terdiri dari Production Order Quantity (POQ), Quantity Discount, Economic Lot Size (ELS), dan Back Order Inventory. Sedangkan Model Probabilitas terdiri dari Sistem Q (Continuous Review Method) dan Sistem P (Periodic Review Method).
            Menurut Riyanti Wiranata (2002), metode pengendalian persediaan terdiri dari : 1. Metode Pengendalian Tradisional terdiri atas (EOQ (Economical Order Quantity), Safety Stock, dan Reorder Point). 2. Metode Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirements Planning- MRP) 3. Metode ABC.
            Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu : 1. Fungsi Decoupling. 2. Fungsi Economic Lot Sizing. dan 3. Fungsi Antisipasi.
            Faktor yang mempengaruhi pengendalian bahan baku persediaanya sebagai berikut : Perkiraan Pemakaian Bahan Baku, Harga Bahan Baku, biaya-biaya persediaan,  Kebijaksanaan pembelanjaan, Pemakaian Bahan, Waktu Tunggu, Model Pembelian Bahan Baku, Persediaan Pengaman, Pembelian Kembali.